Gedung NU |
Bagi yang tidak merasakan dunia pesantren rasanya bagaikan sayuran tanpa garam. Hambar.
Pesantren jauh dari kesan hidup hanya untuk akhirat saja.
Pesantren jauh dari kesan tidak maju-maju.
Pesantren jauh dari kesan fanatik terhadap satu agama.
Ya.. pesantren itu hidup bukan untuk tujuan akhirat saja, tapi juga duniawi masih dipikirkan.
Ya.. pesantren itu justru membuat pikiran maju dan lebi barokah -Insya Allah-
Ya.. pesantren itu bisa saling hormat menghormati antar umat beragama
Ya.. pesantren itu bukan belajar jadi teroris.
Banyak buktinya orang yang pernah nyantri baik dalam kurun waktu singkat maupun lama. Tidak hanya masyarakat biasa saja, tapi para ulama, kyai, ustad, pengusahan, guru, dokter, aparatur pemerintahan banyak yang sukses karena pernah mengenyam ilmu dan tinggal di pesantren
Ibnu Taymiyah |
Bagi teman-teman yang pernah merasakan kehidupan di pesantren tentunya terkadang merasakan indahnya hidup di pesantren. Ada suka dan ada duka, hidup berjama’ah dengan teman-teman. Merasakan indahnya kebersamaan, makan bersama, tidur bareng, sholat berjamaah, belajar bareng dan seabrek kegiatan yang sudah ditetapkan oleh pesantren.
Ketika pagi menjelang jam 03.00 kegiatan pesantren sudah mulai muncul aktivitasnya, ada yang sholat tahajjud, ada yang sudah mandi ada yang tadarrus , belajar dan berbagai macam aktivitas yang layakynya dilakukan oleh seorang santri.
Memang kehidupan dipesantren dapat membuka wacana seseorang tentang bagaimana seharusnya menjalani kehidupan tanpa keegoisan semata, ketika ada sahabatnya sakit bersama-sama membantu, mencucikan baju, menjaganya sampai merawatnya hingga sembuh. Subhanallah, benar-benar indah bukan??
Mesjid BDWS |
Ketika shubuh menjelang, bersama-sama kita pergi ke masjid, sholat shubuh berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan kuliah subuh, tadarrus dan kajian, lantas piket membersihkan pesantren agar nampak indah dan bersih. Selepas itu mandi dan ke kempus. Ketika sore menjelang, kembali kita menyibukkan diri untuk tetap mengingat Allah, sholat magrib, tahsin, kajian dan belajar.
Akan tetapi, terasa lebih indah apabila semua itu dilaksanakan semata-mata untuk mencari ridho Allah. Seberapapun amal kita apabila dilakukan dengan niat “tabarruj” maka tidak ada berkahnya. Bukan pahala yang didapat.
Satu hal yang membuat aku menjadi bertahan dipesantren adalah sikap zuhud dan kekeluargaannya yang bikin aku betah. Sewaktu pertama kali aku tinggal dipesantren benar-benar dech…. Serasa berada di “dunia lain”, aku yang tak biasa makan bersama dalam 1 piring, aku yang tak biasa mencuci baju sendiri, aku yang tak biasa mengepel lantai,nyapu, buang sampah,membersihkan kamar mandi (piket), merasakan ini benar-benar sebuah paksaan. Tetapi setelah 1 tahun aku tinggal dipesantren aku baru bisa merasakan betapa nikmatnya hidup di pesantren. Seakan selalu mengingat akhirat dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Insya Allah….
Sekolah Kita ;) |
SESEPUH |
sipp (y)
BalasHapushahay,, rame atuh di pasantren mh
BalasHapus